Rabu, 17 Desember 2008

islam

Islam*

Apa yang kita ketahui tentang islam, agama yang kita yakini dan kita pilih sebagai jalan hidup kita, way of our life. Nabi Muhammad SAW yang membawa dan memperkenalkan islam pada seluruh umat manusia. Saya tidak tahu banyak tentang arti devinitif tentang islam yang sesungguhnya karena memang kapasitas saya membatasi diri saya untuk menjabarkan arti islam secara memuaskan. Disini saya hanya ingin mengatakan bahwa islam yang saya dengar dulu dari guru pada saat belajar di pesantren, walau secara sepotong dan tidak lengkap, adalah menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah.

Kata islam menurut yang saya dengar bermakna pasrah dan menyerahkan diri secara total pada Allah. Kata islam itu berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman. Kata ini di bentuk dari kata dasar salima-yaslamu yang berarti selamat, yaitu selamat dari segala hal yang membahayakan. Mungkin saja pengertian sederhananya adalah menyerahkan diri secara total pada Allah supaya terhindar dari hal yang membahayakan di dunia dan akhirat. Pendek kata islam yang saya pahami dan yakini adalah islam yang menghendaki sepenuhnya untuk menyerahkan diri pada Allah

Saya masih ingat ada ayat yang menjelaskan, kira-kira maksudnya kurang lebih, bahwa seluruh alam ini sepenuhnya pasrah pada Allah ( lihat pada ayat 83 surat Ali Imran). Dari ayat diatas saya berkesimpulan bahwa jagat raya yang luas itu memiliki sikap tunduk terhadap aturan yang telah ditetapkan untuknya sehingga tidak saling tabrakan dalam garis orbitnya. Kepatuhan seluruh isi alam raya pada aturan (sunnatullah) melahirkan gerak harmonis antar warga alam raya dalam lingkaran tata surya.

Ada satu ungkapan pendek berbunyi: “ aslim… taslam !”, artinya “ masuklah Islam.. selamat! .. dengan kata lain jika engkau berserah diri pada Allah maka hidupmu akan selamat, hidupmu akan harmonis seperti gerak harmonis tata surya.

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa Islam menawarkan suatu paradigma hidup yang harmonis sekaligus menyelamatkan manusia dengan cara tunduk pada aturan Allah. Keselamatan yang ditawarkan bersifat paripurna melebihi tata nilai yang ada sebelumnya yang berkembang di berbagai peradaban manusia. Mengapa demikian ? karena nilai islam bersumber dari satu kekuatan yang absolute melampaui tata nilai yang diproduk oleh peradaban manusia dimanapun. Hal ini pernah dibuktikan oleh sejarah kenabian Muhammad SAW selama beliau membangun masyarakat Madina dan diteruskan oleh para sahabat beliau yang setia.

Sesunguhnya Islam itu berangkat dari satu premis :Tunduk pada Allah dan setara dihadapan manusia. Keselamatan dan kelangsungan hidup manusia hanya terwujud bilamana hubungan antar manusia itu bersifat setara dihadapan role of law (baca: hukum Allah) karena bila tidak maka akan terjadi diskrimasi dalam perlakuan hukum, sebagai akibatnya akan terjadi kanibalisme, manusia makan manusia, homo mini lupus.

Oleh karena itu hal yang paling krusial saat ini adalah bagaimana sosialisasi paradigma islam secara utuh kepada masyarakat melalui pendidikan islam yang benar agar terjadi suatu kesadaran umat islam secara massif.

Dalam satu diskusi tentang perlunya integrasi umat islam, teman saya menunjukkan satu ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang proses penciptaan alam. Dikatakan, bahwa penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari pada penciptaan manusia. Apa kaitannya dia membicarakan makna islam dengan ayat tadi ?

Dia bilang “ setidaknya alam ini yang pembikinannya lebih rumit ( tentunya dalam sudut pandang kita sebagai manusia ) itu saja pasrah pada kehendak dan kemauan Allah”, “dan lagi” katanya kemudian “masak kita yang cara buatnya lebih mudah justru ingkar dan tidak mampu berpasrah diri padaNya”. “Kamu tahu nggak”, katanya melanjutkan bahwa mereka itu selalu bertasbih pada Allah siang malam”, sambil menunjukkan dalil yang ada dalam surat Al-Isra’ ayat 44. … itu artinya bahwa totalitas kepasrahan mereka di ikuti dengan tindakan.

Dari sini saya teringat pengajian tafsir yang pernah saya ikuti dulu dari kiyai saya yang pintar baca kitab kuning dengan metode utawi iki iku. Beliau mengatakan bahwa dalam diri Rasul itu ada suri tauladan bagi orang yang menghendaki pengharapan pada Allah. Beliau menjelaskan bahwa kaitan islam dengan ayat ini adalah bahwa siapa saja yang ingin menangkap makna islam itu seharusnya secara total sekuat tenaga mengikuti suri tauladan Rasul. Diakhir penjelasannya kiyai saya mengatakan fattabi’uunii yuhbibkumAllah.

Inilah yang saya ketahui tentang makna islam, sederhana bukan ?

Abu dja’far*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar