Selasa, 16 Desember 2008

umat dan Pemahaman Agama

Umat dan Pemahaman Agama*

Umat islam kembali diributkan oleh munculnya aliran sesat yang disebarkan oleh Ahmad Mushodiq alias Abdus Salam yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru dan menyebarkan ajarannya di bawah panji Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Latar belakang keberanian ahmad mushodiq menyebarluaskan pemahamannya itu menurutnya awal mulanya ketika dia menerima ilham setelah “berkholwat” selama 40 hari di gunung bunder kota bogor.

Sebelumnya umat Islam juga terusik oleh munculnya Lia Aminudin yang di kenal Lia Eden, ia mengaku telah bertemu serta mendapat wahyu dari malaikat Jibril dan kini setelah keluar dari hukuman penjara tetap melanjutkan misinya menegakkan kerajaan Edennya.

Menarik untuk mencermati dari fenomena maraknya aliran-aliran baru yang mengklaim bahwa ajaran-ajaran yang mereka bawa adalah merupakan hasil dari pertemuan pendirinya dengan malaikat jibril sebagai hasil dari proses kholwat selama 40 hari.

Mengapa ini dikatakan menarik, karena ada kesan peniruan terhadap apa yang telah dilakukan oleh Rosul ( Muhammad ) sebelum Beliau menerima Wahyu pertama di gua Hira’, yaitu beliau berkholwat selama 40 hari, juga Nabi Musa saat menerima sepuluh perintah dari Allah setelah berkhalwat di gunung thur selama 40 hari.

Ada kesan tumbuhnya aliran baru ini memerlukan dukungan basic teologisnya agar ajaran mereka diterima masyarakat. Klaim mereka tentang pertemuan dengan malaikat jibril mengokohkan gerakan mereka di kalangan masyarakat bahwa misi mereka merupakan perintah “langit”. Yang menyedihkan adalah pengikut aliran sesat itu justru sebagian besar dari golongan ekonomi lemah dan golongan terpelajar yaitu anak-anak pelajar dan mahasiswa. Ada apa dengan kondisi keagamaan masyarakat kita sehingga dengan mudah dikecoh oleh orang-orang yang sesat pemikiran aqidahnya? Adakah ini murni motif keagamaan ataukah terdorong oleh motif lain, misalnya motif ekonomi?

Kenyataannya… kita jumpai bahwa tidak semua masyarakat berkesempatan mengenyam pendidikan agama secara memadai baik yang diselenggarakan oleh pesantren maupun oleh majlis ta’lim. Lebih parah lagi system pendidikan kita miskin orientasi pencerdasan spiritual, sebaliknya hanya terfokus pada kemampuan kognitif semata, sehingga out put pendidikan tidak memiliki basic agama yang mumpuni. Dunia usaha pun kurang mempedulikan integritas moral seseorang yang mengajukan lamaran pekerjaan. Inilah barangkali faktor agama dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk menentukan sikap mengikuti ajakan aliran sesat.

Hal ini diperkeruh hubungan internal umat yang senantiasa mengedepankan perbedaan di banding usaha-usaha untuk mencari titik temu pandangan keagamaaan hingga energi umat banyak tersedot mengurusi hal-hal furu’. Dan yang paling penting adalah kesadaran masyarakat untuk selalu merujuk masalah-masalah agama pada ulama’ yang memiliki otoritas dibidangnya sehingga dapat dihindari masuknya pemikiran yang tidak memiliki argumentasi yang kokoh dan terkesan menuruti selera orang.

Demikianlah kondisi umat islam kita sesungguhnya. Masih banyak hal yang harus ditangani secara serius sehingga kedepan umat islam memiliki aqidah yang kokoh, sumberdaya kompetitif dan daya saing serta tingkat produksi yang tinggi agar tidak ada lagi alasan bahwa umat islam terperosok kedalam aqidah yang sesat disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang mendesak.

Mohammad Yahya*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar