Minggu, 28 Maret 2010

kode etik dan keadilan hukum

susno kembali berulah! kali ini tudingan dia bahwa dalam tubuh kepolisian banyak terjadi "markus". akibatnya dia dilaporkan ke kepolisian dengan tuduhan pencemaran nama baik. belum puas kini kepolisian secara institusional menetapkan bahwa susno telah melanggar kode etik kepolisian. yang menjadi menarik dalam hal ini justru kepolisian secara lembaga yang tampak kebakaran jenggot dan tidak mau terima, bukannya malah menindak lanjuti laporan mantan kabareskrim itu.
ibarat gunung es sesungguhnya kasus itu hanya kelihatan dipucuknya saja. masyarakat sudah mafhum bahwa lebih banyak lagi kasus korupsi yang tidak pernah selesai ataupun tersentuh karena dari internal kepolisian sendiri banyak oknum polisi yang memanfaatkan kasus itu untuk memperkaya diri seperti halnya anak buah mereka yang berkerja di lalulintas. pendek kata struktur jajaran kepolisian dari tingkat paling bawah sampai tingkat paling atas sudah mengalami penyakit kronis yaitu banyak yang tidak jujur terhadap sumpah jabatan mereka.
sesungguhnya bola panas yang digulirkan susno itu mestinya awal dari reformasi internal kepolisian untuk pembersihan lembaga dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab yang merusak citra polisi sebagai pelayan masyrakat. semestinya kepolisian untuk sementara meminggirkan egoisme korps mereka dan memberikan kesempatan susno untuk membuktikan bahwa apa yang ia lontarkan bukan fitnah. dengan penetapan susno melanggar kode etik berarti ini semakin mengukuhkan bahwa dalam internal kepolisian memang telah lama terjadi prakek "markus" secara jama'i kelembagaan. atas nama pelanggaran kode etik itu para oknum polisi tidak akan tersentuh oleh hukum manakala ada laporan tentang markus yang diungkap oleh "orang dalam". mereka merasa terlindungi oleh aturan "moral"(dalam tanda kutip) bahwa tidak boleh membocorkan kesalahan sesama korps.
langkah paling elegan yang mestinya diambil oleh kepolisian adalah menampung semua pihak yang berseteru, baik itu orang yang merasa tercemarkan nama baiknya maupun susno sendiri. biarkan hukum yang akan menyelesaikan. dengan begitu kepolisian tidak dianggap melakukan pilih kasih terhadap anggotanya.lebih baik kepolisian tetap lurus pada rolenya sebagai lembaga hukum bukannya lembaga "moral". tindak lanjuti bola panas susno, periksa oknum polisi, dan berikan sangsi bagi yang bersalah siapapun dia.

terorisme

menjelang akhir kepimpinan periode pertama presiden SBY terorisme dapat dilumpuhkan. gembong teroris Nurdin M Top mati disolo. isu terorisme kini muncul lagi dengan matinya dulmatin beberapa waktu yang lalu. yang menjadi persoalan kini adalah dijadikannya NAD sebagai basis terorisme. sebagaimana kita tahu bahwa Aceh baru beberapa tahun ini relatif aman. dengan adanya berita bahwa Aceh dijadikan sarang pengkaderan terorisme tentu saja dapat membawa dampa serius bila pemerintah tidak segera menangani masalah ini secepat mungkin. bukan tidak mungkin sentimen islam akan muncul lebih parah karena Aceh merupakan satu-satunya propinsi yang menerapkan sariat islam. isu-isu islam yang sensitif akan mudah masuk dalam benak masyarakat Aceh. ibarat sekam tinggal sulut api akan terbakar.
tampaknya logika gembong teroris sudah bergeser. kalau dulu jawa merupakan sentra kegiatan terorisme kini setelah matinya Nurdin DKK mereka harus berpikir ulang untuk menyusun kekuatan di jawa. boleh jadi sasaran rekrutmen adalah warga Aceh yang dulunya GAM. kelihatannya dengan menjadikan Aceh sebagai basis menunjukkan bahwa model perjuangan mereka bukan lagi menebar teror dengan melakukan pengeboman. terbunuhnya orang-orang penting dikalangan mereka merubah garis perjuangan mereka dari menebar teror dimasyarakat menjadi gerakan yang lebih halus, sistematis, dan terorganisir yang ujung dari gerakan ini adalah upaya melepaskan Aceh dari NKRI. aceh akan dijadikan Moro-nya Indonesia.
membangun kekuatan nyata dimasyarakat Aceh oleh gerakan teroris untuk itu harus disikapi secara tepat oleh pemerintah. salah pemetaan akan berakibat fatal. pemerintah NAD harus sensitif terhadap kemungkinan virus-virus penyebaran pemikirian ekstrim bila tidak ingin Aceh akan kembali seperti beberapa dekade yang lalu. pemerintah pusat maupun daerah harus memiliki satu visi terhadap bahaya terorisme. pemerintah harus cepat menutup celah yang dapat dimasuki oleh mereka seperti percepatan pembangunan dan pemeraaan ekonomi rakyat.

catatan NU pasca muktamar

muktamar 32 dimakasar usai dengan terpilihnya kang said,KH Said Agil siraj, sebagai ketua tanfiziah dan KH Sahal Mahfudz sebagai Rais Aamnya. terpilihnya mereka burdua bukan satu kejutan lebih lebih kiai Sahal. muktamar ini merupakan muktamar pertama setelah wafatnya ulama' kharismatik KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia bahkan mungkin didunia NU sangat vital bagi kelangsungan kehidupan Islam, terlebih selama ini NU sudah sedemikian penting memerankan posisinya segagai representasi islam toleran. untuk ini semua harus mengakui bahwa ini upaya yang telah dirintis oleh Gus Dur sebelumnya. NU yang dulu nothing kini berubah menjadi important thing. tampilnya duet kang said (doktor tasauf umul quro)dan kiai sahal, kiai pesantren yang go public, membawa angin segar bagi konstelasi NU kedepan dalam wacana dan aksi keislaman dalam lima tahun kedepan.
harus diakui selama kepemimpinan KH Hasyim Muzadi, NU cenderung politis. keterlibatan langsung KH Hasyim dalam pilpres 2004 dan dukungan beliau secara instusional kepada yusuf kalla pada pilpres 2009 sangat jelas menunjukkan bahwa aroma politik NU sangat kental. walupun kiprah NU dalam hubungan Internasional dibawah keimpinan beliu juga luar biasa bagus seperti fterselenggaranya konferensi ICIS dijakarta tahun 2009.
yang menarik dari muktamar kali ini adalah tampilnya ulil dalam pencalonan ketua tanfiziah. ulil abshor abdalah, demikian nama lengkap, merupakan cendikiawan NU muda yang berhaluan liberal, pemikiarannya kontrofersial yang mengundang antipati kelompok islam garis keras, bahkan dalam tubuh NU sendiri banyak penolakan terhadap dirinya. ini menunjukkan bahwa pemikiran NU dan pesantren sudah sedemikian dinamis. tingkat resistensi dan alergisitas pesantren terhadap hal yang berbau liberal tidak lagi seekstrem kelompok islam garis keras terhadap kemungkinan pemahaman islam yang progresif. tentu saja bayangan kita kedepan akan terjadi "pembauran" antara anak-anak muda NU yang berkipran dalam kepengurusan NU kedepan. oleh karena itu kita berharap orang macam Ulil dapat terakomodir dalam struktur kepengurusan NU lima tahun kedepan.
namun demikian NU tidak boleh terjebak hanya pada wilayah wacana. harus diakui sampai kini banyak masalah ke-umat-an yang belum tergarap dengan baik. NU dengan basis dukungan masyarakat rural sampai kini belum menyentuh sektor riil kebutuhan steakholdernya. kenyataan dimasyrakat menunjukkan bahwa warga NU adalah mayoritas terbelakang dalam hal ekonomi maupun pendidikan. ada satu anekdot saat Gus Dur menjadi pembicara dalam seminar bersama Amin Rais, ketika itu Amin Rais megatakan bahwa di Muhammadiah sudah banyak Ahli; ahli kedokteran, insinyur, politik,dll, ketika tiba Gus dur tampil mengatakan bahwa di NU juga sudah banyak "Ahli" yaitu "Ahli kubur". hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu beliau menyadari bahwa SDM yang dimiliki NU sangat terbatas. oleh karena itu perlu gerakan massif warga NU dalam segala bidang terutama kaderisasi melalui jalur pendidikan.
demikian catatan ringan saya semoga NU tetap jaya amiin.