Senin, 15 Desember 2008

Meraih Kasih Sayang Allah

Meraih Kasih Sayang Allah*

Sebuah renungan tasauf

Di setiap pembukaan surat-surat dalam kitab suci Al-Qur’an[1] tertulis kalimat bismillahir rahmanir rahiim , artinya “dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. Dikatakan juga bahwa ada sebuah hadis rasul yang suci menyatakan bahwa setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah maka pekerjaan itu akan terputus. Maksud dari hadis itu kurang lebih, bila kita tidak mengawali setiap pekerjaan kita dengan membaca bismillahir rahmanir rahiim maka pekerjaan kita akan mengalami keterputusan terhadap something yang mungkin saja sesuatu itu bernilai bagi kita.

Dikisahkan dalam salah satu penggalan sejarah nabi sulaiman bahwa setelah mendengar ada pemimpin wanita di negeri seberang yang mengabdi pada matahari maka beliau melayangkan surat padanya untuk tunduk berserah diri pada kekuasaan nabi sulaiman. Yang menarik surat “politik” itu diawali kalimat bismillahir rahmanir rahiim. Singkat cerita penguasa perempuan itupun tunduk mengikuti kepemimpinan sulaiman.

Tentunya masih banyak contoh yang dapat ditulis disini tentang bismillahir rahmanir rahiim , namun yang terpenting adalah apa sesungguhnya substansi dari makna bismillah itu, dan apa korelasinya dengan peringatan rasul akan pentingnya mengawali setiap pekerjaan dengan ucapan bismillah.

Ada dua kata penting yang menyertai nama Allah dalam kalimat bismillah, yaitu kata Al-Rahman dan Al-Rahiim. Kata yang pertama berarti Maha Pengasih sementara kata kedua berarti Maha Penyayang. Adakalanya kedua kata ini dalam al-Qur’an disebutkan secara bersama-sama namun terkadang hanya salah satu dari keduanya disebutkan secara terpisah. Bahkan kata Ar-Rahman termasuk salah satu dari nama-nama surat dalam al-Qur’an.

Sesungguhnya kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama yaitu kata ra-hi-ma yang berarti mengasihi, menyayangi. Kata mengasihi ataupun menyayangi ini terbentuk dari kata dasar yaitu kata kasih, dan kata sayang, dengan begitu secara sederhana kata Pengasih dan Penyayang berarti memiliki sifat mengasihi dan menyayangi.

Sebagai Penguasa yang tak terbatas tentu sifat-sifat yang dimiliki juga tak terbatas, lebih-lebih terbatasi oleh suasana fsikologis seperti halnya perasaan manusia. Oleh karena itu sifat kasih sayang Allah ini tidak mengalami fluktuasi dan tak terpengaruh oleh kinerja manusia mengabdi padaNya.

Ada satu penggalan lirik lagu “Tuhan” yang berbunyi : “ aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau dekat. Pengertian bait lagu ini bila dikaitkan dengan sifat Pengasih dan PenyayangNya tidak berarti bahwa bila manusia jauh dari Tuhan maka kasih dan sayang Tuhan akan jauh darinya. Jauh dekatnya Tuhan bagi manusia sesungguhnya hanyalah karena manusianya sendiri sengaja keberatan atau enggan untuk ingat Tuhan.

Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa Tuhan itu lebih dekat dari urat leher kita. Nabi juga pernah menggambarkan dalam hadisnya bahwa usaha manusia untuk mendekat kepada Tuhan akan mendapat respons yang lebih dariNya.

Tuhan dan salah satu firmanNya menyatakan demikian : ,” katakanlah; Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?”. Dia telah menetapkan atas dirinNya kasih sayang…(QS Al-An’am: 12 ). Maksud dari statement itu adalah bahwa Tuhan telah berjanji pada diriNya sendiri sebagai bentuk kemurahanNya yaitu akan melimpahkan rahmat kepada makhlukNya. Jadi sesungguhnya konsep management Rububiyahnya Tuhan terhadap makhluknya adalah management Rahmah ( kasih dan sayang ).

Tidak ada dalam “benak” Tuhan ketika menciptakan sesuatu apapun itu terbetik perasaan ingin menzalimi ciptaanNya. Sebaliknya segala keperluan makhlukNya tercatat dalam Lauh Al-Mahfuzh ( papan yang terjaga ). Ini adalah bentuk tanggung jawab Tuhan terhadap makhlukNya. “Catatan” itu terjaga secara kearsipan sehingga segala bentuk komplain apapun nantinya akan terjawab bahwa dengan sifat kasih sayangNya, Tuhan telah memberikan lebih dari apa yang tercatat. Inilah makna subtantif dari kalimat bismillahir rahmanir rahiim.

Dengan demikian sesungguhnya kehidupan alam ( makrokosmos ) dan manusia ( mikrokosmos ) diciptakan dan dilingkupi oleh sifat rahman dan rahim Tuhan. Jagat raya yang luas terbentang, binatang dan tumbuhan, serta manusia bertasbih tertunduk merasakan kehangatan pelukan Tuhan. Dengan sifat kasih sayangNya yang luhur mengesankan bahwa sesungguhnya Tuhanlah sebenarnya ingin senantiasa dekat dengan makhlukNya.

Tidaklah pantas apabila keinginan dekat yang semula datang dari pihak Tuhan ternyata oleh makhlukNya niatan itu bertepuk sebelah tangan. Manusia ,khususnya, sering kali bersikap pongah terhadap Tuhan. Mereka mencampakkan Tuhan dalam setiap pekerjaanNya

Oleh karena itu tepatlah apa kata Nabi bahwa pekerjaan apapun yang tidak dimulai dengan menyebut nama Tuhan maka pekerjaan itu terputus nilainya karena pekerjaan apapun akan kembali padaNya. Bagaimana tidak, Tuhan saja memulai semua pekerjaanNya dengan terlebih dahulu memuji dan menyebut namaNya.

Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa proses penciptaan manusia itu dilakukan tahap demi tahap dari bahan sederhana hingga terbentuk wujud manusia sempurna fisik dan potensinya. Tentunya tahapan penciptan ini juga melalui sentuhan “Tangan” Tuhan yang hangat penuh kasih sayang dan setiap tahapan penciptaan manusia itu tentunya juga diawali dengan membaca namaNya yang agung penuh kasih sayang.

Inilah mengapa ayat pertama turun pada Rasul itu adalah ayat Iqra’ bismi Rabbika alladzi kholaq, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Ayat ini mengingatkan kembali pada manusia untuk bersikap seperti Tuhan dalam setiap gerak dan aktifitasnya yaitu senantiasa mengawali dengan membaca bismillah.

Kalau nilai seseorang diantaranya ditentukan oleh tingkat produksinya, kemampuan untuk berkarya bernilai ekonomis yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, maka bagaimana bila nilai karya dia itu justru terputus dimata Tuhan???.

Sekali lagi marilah kita berlomba-lomba untuk meraih sebanyak-banyaknya kasih sayang Tuhan dengan membaca bismillah dalam setiap aktifitas kita. Amin.

By: Abu Dja’far



[1] Semua pembukaan surat-surat Al-Qur’an diawali oleh kalimat bismillah dan disunahkan untuk membacanya. Pada surat Al-Fatihah, kalimat bismillah menurut mayoritas pendapat Ulama’ termasuk ayat dari tujuh ayat surat Al-Fatihah. Kecuali pada surat Al-Bara’ah kalimat bismillah tidak ditulis juga dilarang membacanya ketika mengawali bacaan surat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar