Minggu, 22 Agustus 2010

Presiden tiga periode kemaruk kekuasaan

Kekuasaan cenderung koruptif mungkin itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan situasi kekinian di istana. Bagaimana tidak, disela-sela upacara hari kemerdekaan para undangan mendapat souvenir yang berisi buku dan majalah tentang ibu ani yudoyono dan agus yudoyono. Tentu saja hal ini mengundang reaksi public bahwa SBY sedang membangun citra sekaigus trah keluarga yudoyono sebagai pemimpin nasional. Bukan hanya itu disinyalir bahwa pembagian buku tersebut menggunakan dana APBN.
Begitu pula demi kekuasaan Ruhut sitompul, kabid humas dan media massa partai Democrat, menghembuskan wacana presiden tiga periode dengan pertimbangan bahwa kepemimpinan Presiden SBY masih dibutuhkan hingga 10 tahun kedepan. Tentu saja statement “Poltak” mengundang opini masyakat bahwa SBY masih bernafsu untuk menjabat presiden untuk satu periode lagi meskipun amandemen UUD mengamanatkan hanya dua periode untuk jabatan Presiden. Yang menjadi pertanyaannya dalam kapasitas apa seorang Ruhut melontarkan usulan “berani" itu? Apakah statement kontroversial semacam itu lolos dari sensor SBY yang notabene Ketum Pembina PD serta target politik apa yang sedang dijajaki oleh SBY dengan partai Demokratnya?.
Sebagai Ketum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum menegaskan bahwa usulan itu merupakan pendapat pribadi Ruhut dan bukan sikap partai Demokrat. “Sebaliknya, dua periode adalah yang terbaik dan harus ditradisikan dalam demokrasi kita,”demikian tangkis Anas. Sejalan dengan Anas, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua mengatakan bahwa partai akan memberikan teguran kepada ruhut Sitompul yang melontarkan wacana perpanjangan masa jabatan presiden.
Sesungguhnya “ucapan” Ruhut bukanlah basa-basi politik kalangan istana yang tidak memiliki implikasi serius dalam konstelasi politik nasional. Meskipun kalangan mengenal sosok Ruhut sebagai politisi “rem- blong” tapi logika politik tak memungkinkan dia bicara “asbun” apalagi berkait dengan jabatan SBY, itu saru menurut istilah etika kekuasaan jawa. Sinyal demikian juga ditangkap oleh pakar komunikasi effendi Gazali yang menganggap bahwa lontaran politisi Demokrat itu merupakan testing the water, menguji reaksi masyarakat. Menguji sejauh mana respon public menanggapi stimulus bang poltak mengingat secara kebetulan DPD tengah menyiapkan rancangan perubahan kelima UUD 1945.
Dengan menggunakan Ruhut sebagai corong, SBY mengukur kekuatan tarik menarik kepentingan PD vis a vis Golkar, cikeas family Vs Partai Demokrat. Karena bagaimanapun persepsi sementara orang, Golkar dengan Aburizal Bakri telah memainkan peran penting dalam tarik-menarik kepentingan PD dengan golkar.
Aburizal dengan Golkar sebagai kendaraan politiknya berhasil memaksa SBY “menyingkirkan” menteri keuangan Sri Mulyani dari kabinet Indonesia bersatu jilid II dengan kasus bank Century, karena Sri Mulyani dianggap “resek” mengganggu kepentingan bisnis Aburizal bakri. Ketua Golkar itu dianggap ngemplang pajak yang mestinya disetorkankan Negara. Aburizal juga berhasil “memaksa” SBY mengantarkan dia duduk di kursi badan semacam sekber(sekertaris bersama) di era Orde Baru. Dengan taktik melempar wacana amandemen UUD tentang periode pemilihan presiden disaat DPD (Dewan Perwakilan Daerah) tengah menyiapkan rancangan perubahan UUD 45, SBY mengukur sejauh mana kesiapan -sejak dini- Golkar memunculkan calon presiden di 2014 mendatang.
Lantas mengapa ruhut sitomppul yang menjadi corongnya? Bukankah dia resistensinya tinggi dihadapan public? Mengapa bukan Anas yang santun juga ketum Partai Demokrat? . SBY memiliki feeling politik yang bagus. Dia tidak akan menggunakan Anas untuk mengukur respon public tentang wacana presiden tiga periode.anas bukan saja sebagai symbol politik democrat karena posisi ketum partai, melainkan dia bukan tipikal anak manis yang gampang dikondisikan, apalagi pada saat pemilihan Ketum PD anas bukanlah kandidat SBY. SBY juga memahami bahwa Anas merupakan batu sandungan bagi pelanggengan tahta kekuasaan trah Yudoyono, makanya untuk kepentingan status quo cara yang ditempuh sebisa mungkin benar-benar halus.
Dengan logika ini dapat dipahami mengapa tiba2 keluarga Cikeas berbagi buku dan souvenir lainnya pada saat ultah kemerdekaan Indonesia. Apa relevansinya para undangan mendapatkan buku tentang putra SBY yang tentara aktif itu? ataupun apa yang hendak dibidik SBY dengan berbagi buku tentang Ibu Ani yudoyono? Apakah sekedar info bahwa beliau adalah istri dari presiden RI ataupun anak dari mendiang Sarwo Edi mantan kepala satuan RPKAD di era ORLA? Tentu saja tidak sesederhana itu. Tentunya ada target2politis di penghujung kekuasaannya nanti tahun 2014. Apalagi kalau bukan kekuasaan.

3 komentar:

  1. Saya sependapat dengan analisa sampean, kalau dibalik isu yang digulirkan oleh bang poltak ada udang dibalik bakwannya. Seperti yang kita tahu bang poltak merupakan sosok yang kontroversial di hadapan publik Indonesia, ada yang berpendapat pernyataan tersebut nggak ada implikasinya terhadap pergolakan politik di tanah air. Selamat buat cak yahya yang sudah menuangkan ide-idenya di dunia maya ini dan semakin menyemarakan dunia internet.

    BalasHapus
  2. cak . . .
    ngopi dulu . . .

    http://berbagisaja.blogspot.com/

    BalasHapus
  3. numpang lewat bos.........sesama blogger...he2
    http://alhidayahkroya.blogspot.com

    BalasHapus