Selasa, 13 Juli 2010

ikhtiar memahami makna Al-Qur’an secara sederhana

(bagian pertama)
Alqur’an seperti yang kita ketahui merupakan kumpulan kalam Allah berbahasa Arab yang diturunkan pada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril. Sebagai kitab pedoman umat islam dan semua manusia pada umumnya, Al-Qur’an sangat penting untuk dipahami oleh karena fungsi Al-Qur’an sendiri sebagai petunjuk –hudan lilmuttaqiin- memuat informasi penting bagi manusia: baik tentang Tuhan, hakikat manusia, saint, sejarah dan banyak lagi hal yang belum tersentuh oleh akal manusia.
kebutuhan untuk memahamai Al-Qur’an senantiasa tumbuh dalam setiap generasi umat manusia baik mereka dari kaum muslimin sendiri maupun para pengkaji Al-Qur’an dari barat yang notabene sebagian besar bukan dari kelompok umat islam. Maka tidak heran bila ada ungkapan bahwa Al-Qur’an merupakan satu-satunya buku yang paling banyak menyedot minat untuk dijadikan bahan kajian. Tidak ada dalam sejarah manusia sesuatu yang memiiki daya pikat yang melebihi Al-Qur’an. Sudah tak terhitung berapa banyak buku hasil karya pemerhati Al-Qur’an namun hingga kini tetap tak menyurutkan para pengkaji Al-Qur’an untuk membuka sisi Al-Qur’an yang belum terkuak.
Oleh karena itu mengetahui disiplin ilmu-ilmu yang menunjang pemahaman Al-Qur’an sangat dirasa penting karena tanpa mereka hampir sangat mustahil seseorang dapat menguak maksud yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an sendiri pada satu kesempatan meyatakan bahwa disamping dalam dirinya ada ayat-ayat muhkamat juga terdapat ayat-ayat mutasyabihat yang membutuhkan tafsir/takwil.
Dengan demikian diperlukan satu ikhtiar bagaimana cara memahami Al-Qur’an dari basic dalam rangka mengembangkan minat menafsirkan Al-Qur’an lebih lanjut. Dawam Rahardjo dalam satu bukunya “Ensiklopedi Al-Qur’an” mencoba mengupas dalam pengantarnya metodologi menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan kata kunci. Beliau menyatakan bahwa salah satu cara mudah untuk mendapatkan pemahaman dasar ayat-ayat Al-Qur’an adalah masuk melalui kata-kata yang menjadi kata kunci ayat tersebut. Apabila kita dapat mengidentifikasi kata kunci dalam satu ayat maka hal itu merupakan satu langkah untuk menguak arti yang dimaksud Al-Qur’an.
Satu contoh sederhana kita lihat QS:Al-Kautsar. Dikatakan pada ayat pertama” innaa a’thoinaa ka alkautsar”. Sesaat setelah kita membaca petikan ayat diatas segera terlintas bahwa kata kunci ayat tersebut adalah alkautsar. Kata tersebut bermakna “nikmat yang banyak”. Kira-kira ayat diatas artinya” sesungguhnya kami telah memberimu nikmat yang banyak. Semua sudah mafhum bahwa yang dituju dari pembicaraan diatas adalah Rasul Muhammad. Yang menjadi pertanyaan diatas adalah “nikmat yang banyak” yang mana yang telah Allah berikan pada Muhammad? bukankah Al-Qur’an telah menyatakan bahwa “apabila kalian menghitung nikmat Allah maka tidak akan dapat menghitungnya….”. tentu saja banyak sekali Al-qur’an menyinggung rahmat Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad sampai satu kesempatan dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Allah telah memberikan nikmat yang tidak pernah terintas -dan diharapkan- dalam benak Rasul, seperti dalam: “dan engkau sekali-kali tidak akan pernah mau meminta untuk diberikan Al-Qur’an kecuali atas rahmat TuhanMu”:QS:Qhoshos:86.
Kembali pada masalah diatas bahwa dengan mengajukan pertanyaan sederhana seperti diatas kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya jawaban mudah dapat diperoleh dengan segera. Misalnya bila kita mengkorelasikan pertanyaan itu dengan surat Al-Insyirah(melapangkan/ kelapangan) maka kita akan mendapatkan beberapa jawaban dari satu pertanyaan diatas. Demikian makna sederhana maksud dari Al-Kautsar.
Ada satu contoh mudah lagi cara memahami Al-Qur’an. Umpama saja apa tafsir dari ayat “wal fajr”? bagaimana Al-Qur’an memahami ayat itu menurut dirinya sendiri? Bukankah Al-qur’an adalah ahsana tafsira ? langkah sederhana dan yang pertama adalah kita harus mengakumulasi berapa banyak kata Al-Fajr disebutkan Al-Qur’an, setelah itu kita mencari apa kata dasar dari kata tersebut. Ataupun dalam konteks apa saja Al-Qur’an menggunakan kata Al-Fajr. Sebagai jawaban sederhana yang sedikit banyak membantu untuk memahami kata Al-Fajr kita lihat QS:Al-Baqarah:187: “Dan makan-minumlah hingga menjadi jelas bagimu benang putih dari benang hitam dari waktu fajar”. Dari ayat itu pemahaman sederhana telah diperoleh bahwa Al-Fajr adalah waktu diantara benang hitam(bayangan hitam)dan benang putih(bayangan putih). Demikian sedikit ulasan singkat tentang ikhtiar tafsir Al-Qur’an. Insya Allah diwaktu mendatang dapat kita sambung kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar